PASURUAN. CBN-INDONESIA – Nahas dialami EWS. Remaja 18 tahun itu meninggal usai tertabrak Kereta Api (KA) Penataran saat berjalan di atas rel di Dusun/ Desa Karangsono, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Pasuruan, Kamis (12/1). Diduga, ia bunuh diri.
Informasi yang dihimpun, kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 06.20. Pagi itu korban yang asal Dusun Genengan, Desa Glagahsari, Kecamatan Sukorejo, tengah berjalan menyusuri rel sendirian.
Di saat yang sama, Kereta Api (KA) Penataran jurusan Surabaya–Malang–Blitar melintas. Kereta dimasinisi M. Anas dan asistennya, Riyo Reza.
“Korban berjalan kaki dari arah barat ke timur menyusuri rel. Dia kemudian tertabrak kereta api yang melintas dari timur ke barat atau berlawanan,” ujar Kus, 54, saksi mata yang juga warga setempat.
Begitu tertabrak kereta api, korban langsung terpental. Tubuhnya jatuh tertelungkup di sebelah utara rel.
Menurut Kus, warga sempat sudah memperingati korban saat korban berjalan menyusuri rel. Namun, korban diam saja. Begitu ada kereta api melintas, warga kembali meneriaki korban.
Namun, korban seolah tidak mendengarkan. Dia tetap berjalan menyusuri rel. Hingga akhirnya, korban tertabrak kereta api. “Awalnya warga mengira korban ini perempuan dewasa, karena tidak berseragam kan. Ternyata dia masih pelajar,” bebernya.
Begitu korban tertabrak, warga sekitar berdatangan ke TKP melihat korban dari dekat. Tak lama berselang, petugas dari Polsek Sukorejo bersama ambulans dari Puskesmas Sukorejo tiba di lokasi kejadian.
Sesampainya di lokasi, petugas mengamankan sejumlah barang milik korban yang ditemukan di TKP. Antara lain sepasang sandal jepit warna merah dan satu buah HP. Juga tas kain warna merah dan kuning bergaris yang berisi catatan HP ayah dan kakak korban, serta satu bulpoin.
“Meninggalnya korban dalam kejadian ini, diduga bunuh diri. Informasi yang kami dapat di lapangan, korban depresi karena ibunya meninggal,” jelas Kapolsek Sukorejo AKP Safiudin.
Dugaan bahwa korban bunuh diri juga diperkuat dengan hasil temuan barang bukti di lapangan. Seperti catatan kertas berisi nomor HP ayah dan kakak korban. Juga postingan Instagram dari korban.
Sejumlah barang bukti (BB) milik korban yang diamankan petugas.
“Sebelum kecelakaan ini, warga pernah melihat korban jalan kaki seorang diri menyusuri rel kereta. Karena ketahuan warga, akhirnya korban pergi dan mengurungkan niatnya,” beber perwira polisi dengan tiga setrip di pundaknya itu.
Sementara itu, Kades Glagahsari Pratika Hidayat membenarkan jika korban merupakan warga di desanya. Selama ini, korban tinggal bersama ayah dan ibu sambung atau tiri. Juga beberapa saudara tirinya, tinggal serumah.
“Ibu kandung korban sudah meninggal sekitar dua tahun lalu, kemudian ayahnya menikah lagi. Punya kakak perempuan kandung, sudah menikah. Anaknya pendiam, tidak banyak omong. Sama warga sekitar juga baik,” ungkap kades.
Sama dengan Kapolsek, Kades Glagahsari juga menuturkan korban diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Korban disebutkan mengalami depresi pasca ibunya meninggal.
“Informasinya seperti itu, yang saya dapatkan di lapangan. Pihak keluarga masih syok, terutama ayahnya atas kematian korban,” jelas Dayat –sapaan akrab kades-.
Warga membantu petugas saat mengevakuasi jenazah korban. (Polsek Sukorejo for Radar Bromo).
Dayat juga membeberkan, korban pagi itu keluar rumah seorang diri sekitar pukul 05.00 dengan mengendarai motor. Sesaat setelah kejadian, usai jasad korban dievakuasi dengan ambulans. Motor korban dibawa pulang oleh pihak keluarga dan ditemukan parkir tak jauh dari tempat kejadian perkara.
“Keluar rumahnya sendiri dan tanpa pamit, naik motor sekitar pukul 05.00,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Purwosari Fety Susilawati membenarkan korban adalah siswi di sekolahnya. “Kami dan dewan guru juga pelajar lainnya kaget. Selama ini di sekolah baik-baik saja,” ujarnya.
Selama di sekolah, dikatakan tidak pernah melihat adanya kejanggalan atau kecurigaan sesuatu pada korban. Tiap harinya, korban bergaul dengan teman-temannya. Selain itu juga berprestasi di bidang teater sekolah.
“Selain kaget, kami juga berduka sekaligus kehilangan dengan meninggalnya korban. Di sekolah para pelajar salat gaib berjamaah, siangnya melayat ke rumah duka,” tuturnya. (Yes/Red)